A. Latar Belakang
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved , Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
Ketidakstabilan emosi.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
Senang bereksperimentasi.
Senang bereksplorasi.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian . Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun bebera
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved , Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
Ketidakstabilan emosi.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
Senang bereksperimentasi.
Senang bereksplorasi.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian . Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun bebera
yaitu:
1.
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam
gerakan.
2.
Ketidakstabilan emosi.
3.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan
pandangan dan petunjuk hidup.
4.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi
pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
6.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi
remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.
Senang bereksperimentasi.
8.
Senang bereksplorasi.
9.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.
Kecenderungan membentuk kelompok dan
kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah
masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan
fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006).
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja
bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja.
B. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan
utama yang dialami oleh remaja.
a.
Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh
remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai
masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi
berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik
yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang
percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja
perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya,
khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan
kondisi fisiknya . Ketidakpuasan akan diri ini
sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan
yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal
munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami
sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan,
maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian
pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka
bereksperimentasi dan berskplorasi.
b. Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan
alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan.
Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus
penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan
narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan
yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan
mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan
rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk
kompensasi.
·
Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk
kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian
negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang
tua.
·
Pengaruh budaya dan tata krama: memandang
penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar
konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
·
Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian
yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal,
rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
·
Cinta dan Hubungan Heteroseksual
·
Permasalahan Seksual
·
Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
·
Permasalahan Moral,
Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam
Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap
sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang
paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan
narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan
alkohol dan narkoba pada remaja.Salah satu akibat dari berfungsinya hormon
gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya
perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini
bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic
love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering
menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock mengatakan bahwa cinta romatis menandai
kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para
siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti
rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua
emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid &
Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang
mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman. Tipe cinta
yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang
sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk
memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang
untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan
orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka
akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual
pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual,
konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan,
adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ
reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan
sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas,
penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang
tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan
pergaulan menuju kebebasan. Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja
dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam
pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik
seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan
obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua
memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu
kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang
merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi
moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral
sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus
diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai,
tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata
nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama
teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda. Pengawasan terhadap tingkah
laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan
remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali
internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan
perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari
serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah. Dari beberapa bukti dan fakta
tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat
menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja
mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda
dari masa kanak-kanak.
C. Media Visual Media Film Bagi Remaja (Televisi)
Dunia
hiburan memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, sebab manusia
dalam hidupnya membutuhkan hiburan. Setelah otak manusia bekerja dengan logika
dalam waktu yang lama, maka manusia memerlukan hiburan untuk meregangkan otak
dan menyegarkan pikiran sehingga dapat bekerja kembali dengan optimal. Oleh
karena itu menusia memerlukan hiburan.
Dewasa
ini berbagai macam hiburan ditawarkan. Salah satu cara yang paling banyak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia
adalah menonton televisi. Mulai dari anak-anak, remaja, dan para orang tua
banyak yang menghabiskan waktu luangnya untuk menonton televisi. Sebab hampir
di setiap rumah warga Indonesia
memiliki televisi.
Televisi
menayangkan berbagai acara yang dapat memberikan hiburan kepada masyarakat.
Seperti sinetron, komedi, film, kuis, reality show, dan lain-lain.
Dari tayangan-tayangan tersebut yang paling banyak ditayangkan adalah sinetron.
Para penggemar sinetron terutama kaum hawa
merasa terhibur dan puas dengan sinetron yang ditayangan hampir setiap hari.
Bahkan hampir semua stasiun televisi swasta menayangkan sinetron. Namun masih
ada satu atau dua stasiun televisi swasta yang tidak menayangkan sinetron.
Kebanyakan
sinetron yang ditayangkan bertemakan percintaan. Kaum remaja menjadi sasaran
empuk penikmat sajian ini. Hal ini tidak mengherankan karena masa remaja adalah
masa puber. Masa dimana mengenal cinta dengan lawan jenis. Oleh karena itu
cerita sinetron di Indonesia
lebih didominasi dengan percintaan di kalangan remaja.
Sinetron
remaja yang bertemakan percintaan berisi cerita cinta yang terjadi di masa
remaja. Namun sungguh disayangkan karena cerita cinta dalam sinetron lebih
banyak berisikan perselingkuhan, kebebasan hidup, seks bebas, narkoba,
penindasan dan kekerasan remaja. Masalah ini tentunya akan memiliki dampak
negatif terhadap perkembangan kehidupan remaja.
Masa
remaja adalah masa pencarian jati diri. Jadi sangat mungkin perbuatan-perbuatan
tokoh-tokoh dalam sinetron dapat ditiru. Bahkan bagi remaja yang menjadi
penggemar berat seorang artis sinetron tertentu bisa saja menirukan gaya hidup dan tingkah
laku artis tersebut Jika tingkah laku artis itu baik, maka tidak masalah. Namun
akan menjadi masalah jika tokoh-tokoh dalam sinetron tersebut bertindak
negatif.
Pada
kenyataannya, sekarang ini banyak remaja menirukan gaya hidup seperti dalam sinetron. Seperti
model pakaian yang dikenakan dan gaya
hidup yang identik dengan kemewahan dan kosumerisme. Bahkan dengan tayangan
sinetron yang mengandung unsur kekerasan telah mengubah sikap remaja menjadi
anarkis. Banyak remaja sekarang ini bersikap cuek dan tidak peduli
dengan keadaan di sekitarnya.
Dengan adanya
dampak-dampak negatif dari penayangan sinetron yang tidak mendidik tentu akan
mengganggu perkembangan kehidupan remaja. Sikap moral dan mental remaja menjadi
rusak.
Remaja
adalah generasi muda yang menjadi penerus bangsa. Jika masalah ini dibiarkan
berlarut-larut maka bagaimanakah generasi bangsa Indonesia di masa yang akan datang?
Maka bisa dipastikan generasi bangsa kita hanya menjadi penonton dan pengguna
produk kemajuan negara lain. Karena masa remajanya dihabiskan dengan menonton
sinetron yang tidak mendidik. Dan bila tidak ada solusi untuk mengatasi masalah
ini dapat dipastikan bangsa ini menjadi bangsa yang terpuruk. Selalu bergantung
dengan negara lain karena generasi penerusnya tidak peduli dengan keadaan
bangsa.
Oleh
karena itu untuk mencegah dan mengatasi masalah ini harus ada solusi untuk
mengatasinya. Solusi yang melibatkan berbagai pihak yang bertanggung jawab
dalam masalah ini. Melibatkan para pemilik televisi, para produser dan insan
pembuat sinetron, masyarakat dan organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang
terkait. Pihak-pihak yang terlibat tersebut membuat suatu kebijakan yang
disepakati bersama untuk mengatasinya.. Sehingga kebijakan yang dibuat tidak
merugikan di antara mereka dan mampu memberikan solusi yang tepat. Hal ini
dilakukan demi masa depan generasi penerus bangsa. Jangan sampai penerus bangsa
kita menjadi tidak kreatif karena terbiasa dengan budaya menonton, salah
satunya melihat sinetron. Jangan sampai tunas bangsa kita layu dan mati
tenggelam dengan budaya menonton.
BAB II PEMBAHASAN
A. Dampak
Positif Film Terhadap Remaja
Di antara
berbagai dampak negatif tersebut, sebenarnya televisi juga memiliki sisi yang
positif. Dalam hal ini, Media Audio Visual Elektronik mampu memberikan gambaran
secara nyata tentang berbagai fenomena pada remaja, lebih konkrit, lebih mudah
dipahami. Dengan demikian, remaja akan lebih tertarik dan terjadi peningkatan
retensi memori. Sisi positif dari menonton film adalah bahwa di beberapa
tayangan tertentu dapat menjadi sumber pelajaran yang membantu kita, terutama
anak dan remaja untuk memahami dunia dan bahkan memperkaya ilmu yang telah
didapatkan di bangku sekolah. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa perilaku
menonton acara bermuatan pendidikan seperti Sesame Street selama 1-3 jam
seminggu terbukti memiliki efek positif bagi kecerdasan . Dalam hal ini ternyata
memperoleh nilai akademik lebih baik tiga tahun kemudian, dibandingkan remaja yang
tidak menonton program pendidikan itu. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa
remaja yang banyak menonton program hiburan dan film-film kartun terbukti
memperoleh nilai akademik lebih rendah dibanding yang sedikit saja menghabiskan
waktunya untuk menonton program yang sama.
Aspek
positif lainnya dari kehadiran televisi ialah sebagai sumber informasi tentang
peristiwa-peristiwayang terjadi dengan cepat seperti kejadian bencana alam dan
sebagainya, yang perlu diketahui dan mendapat perhatian secara cepat. Selain
itu, televisi juga berfungsi positif sebagai media sosial, yakni sebagai media
untuk memobilisasi simpati, empati, dan dukungan terhadap berbagai persoalan
kemanusiaan yang memerlukan respons masyarakat luas seperti gerakan solidaritas
membantu korban bencana, gerakan orangtua asuh, dan lain-lain.
Bagi yang
melihat film dengan didasari dengan filter yang kuat maka akan menambah
memahami dari psikologi setiap karakter pemain yang bisa menambah tentang
pengetahuan kejiwaan manusia. Sehinnga menambah wawasan remaja dalam memilih
keputusan sikap yang diambil dalam bergaul sesama usianya.
B.
Dampak Negatif Film Terhadap Remaja
Remaja dan televisi mempunyai hubungan
yang sangat dekat. Bahkan mungkin bisa jadi hubungan antara remaja dengan
televisi lebih dekat dibandingkan dengan interaksi antara remaja dengan
keluarga atau orangtuanya. Kehadiran televisi sesungguhnya bagai pisau bermata
ganda, memberikan pengetahuan namun sekaligus berdampak negatif dalam proses
perkembangan remaja, baik fisik, psikis, maupun sosial.
Dr. Roberd
Friedland, seorang dokter spesialis saraf Amerika, menyebutkan bahwa sebagian
besar penderita Alzheimer (penurunan daya ingat/pikun dini) adalah orang yang
jarang melakukan aktivitas fisik dan mental yang bermanfaat, dan hanya banyak
menonton televisi.
Banyak
penelitian yang mengungkapkan relasi antara kekerasan dengan tayangan televisi.
Bahkan, pakar pendidikan Indonesia, Prof. Arief Rachman, menyatakan bahwa
kekerasan yang yang ditayangkan televisi sangat efektif merangsang naluri
manusia yang paling rendah yang menyamai insting binatang, salah satunya adalah
insting membunuh (Koran Tempo, 29 November 2006). Film kartun juga tidak luput
dari beragam adegan kekerasan, seperi memukul baik dengan tangan kosong maupun
senjata tumpul, menendang dan bahkan membunuh. Perhatikan ketika tokoh dalam
film kartun Tom dan Jerry sedang berkelahi! Karakter film kartun yang berwujud
kucing dan anjing ini selalu digambarkan terus-menerus ribut dan nyaris tidak
pernah rukun. Keributan di antara keduanya selalu diwarnai dengan kekerasan
fisik, bahkan acapkali kekerasan di antara keduanya melibatkan penggunaan
senjata tajam. Selain perilaku negatif berupa kekerasan, ada perilaku negatif
lain yang dipertontonkan oleh Tom and Jerry yaitu permusuhan yang selalu
mewarnai interaksi mereka.
Bagaimana sih pengaruh film tersebut terhadap kehidupan remaja?
Film remaja yang bisa disaksikan di bioskop cukup mempengaruhi gaya hidup remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa mencari identitas diri sehingga membutuhkan idola yang bisa dijadikan figur. Salah satunya dari aktor maupun aktris dari film remaja.
Film remaja yang bisa disaksikan di bioskop cukup mempengaruhi gaya hidup remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa mencari identitas diri sehingga membutuhkan idola yang bisa dijadikan figur. Salah satunya dari aktor maupun aktris dari film remaja.
Kebanyakan film tersebut tidak banyak memberikan dampak positif,
karena tidak semua remaja memiliki filter untuk dapat menilai mana yang harus
ditiru dan mana yang tidak. Karena masa remaja merupakan masa transisi dalam
mencari jati diri maka ketika film remaja yang disajikan memberikan idola
metropolis terhadap remaja maka wajar saja jika remaja kemudian menjadi remaja
yang metropolis dengan gaya
hidupnya.
Film terhadap remaja bisa membawa kearah pergaulan bebas seperti
narkoba, sex bebas, tawuran antar pelajar dan gaya hidup seperti selebritis yang kurang
bagus untuk ditiru. Film khususnya di Indonesia saat ini cenderung ke
remaja temanya. Film bertemakan remaja memang sedang diminati remaja, sedangkan
antara tontonan dan tuntunan yang diajarkan film tersebut lebih banyak ke arah
hidup barat yang bebas, Indonesia sebagai Negara ketimuran yang mempunyai adat yang
penuh dengan kesopanan dan tata karma yang tinggi lambat laun akan tersisihkan adat
kebiasaan barat yang menjurus ke gaya hidup bebas tanpa memandang norma seperti
norma agama dan norma lainnya. Sungguh di sesalkan apabila sebagai generasi
penerus harus rusak hanya karena terpengaruh akibat bebasnya film-film yang
beredar dengan bebas di negeri ini.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Di masa remaja merupakan masa transisi yang penuh dilema dimana
jiwa remaja sedang mencari jati dirinya akhirnya dengan adanya film yang ada di
Indonesia
saat ini dijadikan ajang untuk meniru apa yang ada di film tersebut. Oleh
karena itu untuk mencegah dan mengatasi masalah ini harus ada solusi untuk mengatasinya.
Solusi yang melibatkan berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini.
Melibatkan para pemilik televisi, para produser dan insan pembuat sinetron,
masyarakat dan organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang terkait.
Pihak-pihak yang terlibat tersebut membuat suatu kebijakan yang disepakati
bersama untuk mengatasinya.. Sehingga kebijakan yang dibuat tidak merugikan di
antara mereka dan mampu memberikan solusi yang tepat. Hal ini dilakukan demi
masa depan generasi penerus bangsa. Jangan sampai penerus bangsa kita menjadi
tidak kreatif karena terbiasa dengan budaya menonton, salah satunya melihat
sinetron. Jangan sampai tunas bangsa kita layu dan mati tenggelam dengan budaya
menonton.
B. Saran
Sebagai
orang tua dan keluarga yang perhatian terhadap anak-anaknya dampingi mereka
terus dan tekankan norma agama yang kuat. Karena dengan norma agama yang kuat
akhirnya remaja bisa membedakan mana yang baik dan buruk dan bisa membuat
filter dalam menyikapi sebuah film ketika di lihat. Dari lingkungan keluarga
yang perhatian terhadap keluaraganya akhirnya bisa membuat remaja sadar apa
dilakukan ketika melihat film.
pa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada
kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada
pada diri remaja.